Selasa, 25 Oktober 2016

Pro dan Kontra Penghapusan PR

Pikiran Pembaca KR edisi Senin, 24 Okt 2016

Pro dan Kontra Penghapusan PR  

Beberapa waktu yang lalu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan(Mendikbud), Muhadjir Effendy menginstruksikan larangan pemberian Pekerjaan Rumah(PR) kepada siswa. Larangan pemberian PR kepada siswa ini dimaksudkan agar siswa tidak semakin terbebani oleh tugas sekolah. Selama di sekolah, siswa sudah banyak menerima materi pelajaran dan tak jarang siswa pulang hingga sore karena ada pelajaran tambahan atau kegiatan ekstrakurikuler. Siswa menjadi lelah saat sampai di rumah. Belum lagi jika sepulang sekolah, siswa masih harus mengikuti les privat baik di rumah maupun di lembaga bimbingan belajar. Hal ini menyebabkan siswa kekurangan waktu untuk sekedar bisa bermain-main dan bersosialisasi dengan temannya. Khususnya bagi siswa Sekolah Dasar, mereka jadi kehilangan masa anak-anaknya dikarenakan beban PR yang harus mereka selesaikan. Siswa yang sibuk mengerjakan PR juga kekurangan waktu untuk ngobrol dengan orang tua mereka. Pekerjaan Rumah adalah sejumlah aktivitas tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk dikerjakan siswa di luar jam sekolah namun pada kenyataannya banyak ditemukan bahwa PR bukan dikerjakan oleh siswa itu sendiri melainkan malah dikerjakan oleh orang tua. Beberapa hal inilah yang melatarbelakangi larangan pemberian PR terhadap siswa.
Instruksi Mendikbud ini jelas menuai pro dan kontra dari berbagai pihak, baik pihak sekolah maupun orang tua siswa. Menurut sebagian pihak, pemberian PR kepada siswa memiliki banyak sekali manfaat dan tujuan. Dengan diberi PR, siswa tumbuh menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab akan tugasnya sebagai pelajar yakni belajar. Siswa juga belajar disiplin untuk membagi waktu dan memprioritaskan kegiatan antara bermain dan belajar. PR membuat siswa menjadi lebih rajin belajar karena ia harus membuka buku pelajaran dan secara otomatis siswa menjadi lebih sering membaca buku pelajaran. PR membuat siswa mengulang-ulang materi yang telah diajarkan sebelumnya di sekolah. Hal ini berkaitan dengan kemampuan daya ingat seseorang yang terbatas dalam menerima informasi yakni hanya 20-30 detik saja yang dinamakan Short Term Memort(STM)/Memory Jangka Pendek. Dengan mengerjakan PR siswa mengulang-ulang pelajaran yang telah diterimanya sehingga pelajaran bisa tersimpan lebih lama di memori(Long Term Memory/Memori Jangka Panjang). PR yang diberikan membuat siswa memiliki sifat inisiatif dan mengerjakan tugasnya secara maksimal tanpa mempedulikan hasilnya entah itu benar atau salah. Mengerjakan PR bisa menjadi media latihan bagi siswa untuk mendalami materi yang telah diajarkan oleh guru. Melalui PR siswa juga mampu memberikan penghargaan pada dirinya sendiri. Apabila PR yang dikerjakannya benar dan mendapat nilai yang bagus dari guru, maka timbul rasa bangga, senang dan puas. Hal ini akan semakin memotivasi semangat belajar siswa. PR yang dikerjakan dengan baik juga bisa melatih kemampuan siswa yang memungkinkan siswa untuk memiliki nilai akademik yang tinggi. Variasi PR yang diberikan oleh guru bisa menambah ketrampilan, kreatifitas serta pengetahuan bagi siswa. PR yang bisa dikerjakan sendiri mampu membuat siswa menjadi semakin percaya diri dan ini menandakan bahwa pelajaran yang telah diterimanya di sekolah bisa ia pahami dengan baik dan benar. Selain itu dengan mengerjakan PR, siswa bisa menyiapkan dan mempelajari materi pelajaran yang berikutnya. 
Di sisi lain tak jarang kadang PR juga menjadi penyebab stress bagi siswa yang berakibat PR hanya dikerjakan asal-asalan. Siswa jadi menyontek PR yang sudah dikerjakan oleh temannya. Siswa cenderung mengerjakan PR di sekolah dengan berbagai alasan. Lingkungan rumah yang tidak kondusif juga menjadi kendala tersendiri untuk menjadi tempat yang nyaman untuk belajar dikarenakan alasan ekonomi. Beban PR yang berlebihanpun bisa membuat siswa mulai bermalas-malasan dalam mengerjakan PR dan tidak menyukai belajar bahkan sekolah.  Tak jarang didapati kondisi saat siswa tidak mengerjakan PR sehingga siswa jadi merasa takut dan malu yang menyebabkan siswa tidak masuk sekolah karena belum mengerjakan PR. Jika memang larangan pemberian PR ini akan diberlakukan, maka sebaiknya memperhitungkan kemampuan siswa serta kondisi sekolah. Karena kondisi dan situasi masing-masing sekolah berbeda-beda. Tingkat kemampuan masing-masing siswapun juga berbeda dalam menerima pelajaran, apabila seluruh materi pelajaran diselesaikan di sekolah.
Melihat kondisi ini hendaknya ada koordinasi, kerjasama dan komitmen bersama antara pemerintah, pihak sekolah dan orang tua dalam mencari solusi bersama agar memberikan hasil yang maksimal bagi pendidikan siswa. Pemerintah hendaknya memberikan instruksi yang bijaksana dan bisa dijalankan dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi siswa serta sekolah. Dari pihak sekolah terutama guru, hendaknya menjalin kerjasama dan komunikasi dengan orang tua agar dapat saling mendukung proses belajar siswa dan membimbing siswa saat belajar di rumah. Guru juga sebaiknya lebih kreatif dan bervariatif dalam memberikan soal-soal sehingga kegiatan belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan. Guru tidak perlu terlalu banyak memberikan PR yang dapat membebani siswa namun cukup mengulang(review) pelajaran yang sudah diajarkan di sekolah. Di lain hal, peran orang tua dalam memotivasi siswa dalam belajar sangatlah penting. Dukungan orang tua dalam membimbing, mendampingi, mengarahkan dan menjelaskan anaknya pada setiap persoalan yang dihadapi saat mengerjakan PR serta tidak memanjakan anak dengan mengerjakan PR tersebut bisa memperkuat hubungan antara anak dan orang tua. Dengan demikian orang tua turut ambil bagian dalam pendidikan anak. Komitmen bersama yang dibangun dengan baik oleh pemerintah, orang tua dan pihak sekolah menjadi jalan terbaik dalam upaya pendidikan siswa. Jika demikian, ada PR? Gak masalah! ***

-Eva Laura-




Senin, 17 Oktober 2016

Jogja International Batik Biennale(JIBB) 2016

Minggu, 16 Oktober 2016

Luar biasa...
ada rasa bangga yang tak terkira yang selama ini tak terungkap, ternyata bangsa ini memiliki warisan budaya yang sungguh indah, sebuah mahakarya yang diakui di dunia, yakni Batik.

UNESCO mengakui Batik Indonesia sebagai Mahakarya Lisan dan Tak Benda Warisan Manusia pada tanggal 2 Oktober 2009. Selain itu Dewan Kerajinan Dunia, World Craft Council(WCC) telah menobatkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia pada tanggal 18 Oktober 2014, di kota Dongyang, Tiongkok. 
Mengapa Yogyakarta? 
Karena Yogyakarta dinilai telah memenuhi 7 kriteria dengan baik yaitu : nilai historis, orisinalitas, regenerasi, nilai ekonomi, ramah lingkungan, mempunyai reputasi internasional dan mempunyai persebaran luas. (http://www.jogjabatikbiennale.com).
Oleh karena itu, untuk mengangkat tradisi batik dan memberi kontribusi bagi pengembang batik di Indonesia maka dilangsungkan "Jogja International Batik Biennale(JIBB)" tanggal 12-16 Oktober 2016 di Yogyakarta. 

Mengetahui informasi tersebut melalui media sosial, aku langsung menandai tanggal tersebut agar tidak melewatkan kesempatan ini. Salah satu agenda JIBB 2016 adalah Pameran Batik yang diadakan di JEC. Keinginan untuk mengenal lebih dekat tentang Batik membawaku untuk berkunjung ke Pameran Batik itu, bahkan sampai 2 kali (15 dan 16 Okt 2016). Ribuan lembar kain batik yang dipamerkan tak cukup jika hanya sejam-dua jam untuk dinikmati keindahannya. Belum lagi waktu untuk foto-foto hehe....Pengalaman bisa "berdekatan" dengan batik bagiku ini merupakan pengalaman yang istimewa. Kesempatan aku bisa mengetahui berbagai macam koleksi batik dari berbagai museum di Indonesia diantaranya Batik Pekalongan, Batik Cirebon, Batik Madura dengan kekhasannya masing-masing lebih-lebih koleksi batik ini boleh diabadikan menggunakan kamera (teringat saat aku mengantar seorang teman berkunjung ke museum batik di Jogja dan kami tidak diijinkan untuk memotretnya, nah beruntung banget kan bisa melihat dan mengabadikan batik di  Pameran JIBB ini).

Pengalaman ini membuat aku semakin mencintai warisan budaya milik negeri sendiri. Dunia saja mengakui, masa kita sebagai pemilik budaya itu malah tidak mengakui, kan lucu...
Berikut foto-fotoku saat berkunjung ke pameran Batik :





Di depan stan Kraton Ngayogyakarto





Piring dan Cangkir Batik

Bahan dan perlengkapan membuat batik 

Becak Batik