Senin, 23 Januari 2017

Resensi Buku A Man Called #Ahok


Judul     : A Man Called #Ahok
                Sepenggal Kisah Perjuangan dan Ketulusan       
Pengarang : Rudi Valinka (@kurawa)
Penerbit  : 7 Press 
Cetakan   : I, 2016
Tebal     : 112 halaman
ISBN      : 978-602-18147-3-4


Inspirasi bagi kaum muda Indonesia


Berprasangka buruk dan berpikir negatif terhadap orang lain itu lebih mudah daripada berpikir positif dan melihat kebaikan orang lain. Ketika seseorang melakukan kebaikan dan hasil karyanya bermanfaat bagi banyak orang, tak jarang orang mencibir dan menilainya sebagai suatu bentuk pencitraan, contohnya seorang pejabat negara. Seseorang baru percaya setelah melihat sendiri yang dikerjakan dan mengenal lebih dekat dengan sosok tersebut beserta orang-orang terdekatnya. Walaupun pada kenyataannya sebenarnya pejabat tersebut sungguh-sungguh bekerja keras mengupayakan kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa. Sebagai contoh pejabat bernama Basuki Tjahaja Purnama(Ahok), sosok berdarah Thionghoa yang menuai banyak kontroversi. Sosok yang tetap berjuang dan bekerja keras bagi kemajuan negeri dan kesejahteraan rakyat walaupun banyak yang menentang dan bahkan berujung fitnah. Kecenderungan ini menggugah penulis untuk mencari tahu dan membuktikan kebenaran untuk menepis prasangka-prasangka buruk yang selama ini ada di pikiran banyak orang dengan mengunjungi tanah kelahiran Ahok di Belitung Timur.

Buku ini berisi kumpulan postingan penulis di twitter tentang pengalaman masa kecil Ahok dan hasil wawancara penulis dengan orang-orang terdekat Ahok. Isi buku ini dituangkan dalam format penomoran pada setiap satu atau dua kalimat dengan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga sangat mudah dipahami pembaca. Penulis selain membeberkan latar belakang keluarga Ahok, juga menceritakan relasi Ahok dengan ayahnya. Ahok belajar banyak hal dari ayahnya, terutama berbagai karya sosial yang telah dilakukan ayahnya bagi masyarakat Belitung Timur. Pengalaman masa kecil Ahok bersama keluarga, teman-teman sekolah dan guru-gurunya disampaikan dalam buku ini disertai dengan foto-foto. Selain itu foto-foto lokasi sekolah Ahok, masjid yang Ahok ikut membiayai pembangunannya serta pondok pesantren yang dibangun Ahok juga ada di buku ini. Tak terlewatkan juga dalam buku ini tentang pengalaman Ahok saat berelasi dengan pejabat yang berbeda agama ketika saat dewasa dan mulai terjun di dunia politik.

Dalam buku ini diutarakan bahwa sosok Ahok sangat menghormati orang yang lebih tua seperti bapak-ibu gurunya, memiliki jiwa sosial yang tinggi, mudah bergaul dan gemar membantu orang yang membutuhkan. Salah satu bentuk rasa hormatnya kepada para guru, Ahok selalu menyempatkan berkunjung ke rumah para mantan gurunya saat ia pulang ke Belitung Timur. Dalam buku ini memuat kesaksian dari haters(mantan) yang dulunya membenci Ahok, namun akhirnya mendukung Ahok karena tahu hasil kerja Ahok yang tidak ada hubungannya dengan SARA dan karena karakter Ahok yang tidak pendendam. Membaca buku ini membuat pembaca larut dalam suasana dan situasi saat itu.

Buku ini sangat ringan dibaca dan menginspirasi pembaca untuk semakin melakukan karya terbaik bagi bangsa dan kesejahteraan rakyat tanpa melihat suku, agama dan rasnya. Buku ini tidak bermaksud mempengaruhi siapapun untuk memberikan dukungan terhadap Ahok atau menjadikan buku ini sebagai media untuk berkampanye, terutama di masa menjelang pilkada seperti sekarang ini. Buku ini hanya mencoba untuk menyampaikan sebuah kebenaran akan perjuangan dan ketulusan hati seorang Ahok yang berusaha mengusahakan kesejahteraan rakyat Indonesia. Buku ini dibuat dengan harapan agar semakin banyak pribadi-pribadi yang mau berjuang bagi bangsa dengan bekerja Bersih, Transparan dan Profesional terutama kaum muda yang terjun di dunia politik.***
  
Oleh:
Eva Laura

3 komentar:

  1. mau tnya..cara dapt bukunya bisa di pesan atau ada di toko buku gramedia

    BalasHapus
  2. Dulu saya beli melalui email ini kak, kurawa.book1000@gmail.com
    dicoba saja tanya kak. Maaf terlambat balas.

    BalasHapus