Sebuah film garapan seorang alumni Filsafat UGM asal Sleman, DIY, mas BW Purba Negara ini menyedot banyak penonton. Saya saja tidak mengira peminat film ini banyak. Apa karena ada embel-embel "Nominasi FFI 2016 Penulis Skenario Asli Terbaik" dan "Nominasi Artis Terbaik di AIFFA(Asean International Film Festival And Award" ?
Kalau jujur sih, saya nonton film itu juga karena membaca ada embel-embel itu hehe dan karena aktris utamanya seorang Simbah yang sudah sangat sepuh (jadi ingat simbah yang udah meninggal hikss..).
Poster Film "Ziarah" |
Mbah Ponco Sutiyem "Aktris Film Ziarah" |
Film Ziarah ini dibintangi oleh Mbah Ponco Sutiyem sebagai Mbah Sri. Wanita berusia kira-kira 95 tahun ini berasal dari Gunung Kidul dan bermata pencaharian sebagai Petani.
Film ini mengisahkan perjuangan seorang Mbah Sri yang mencari makam suaminya yang telah lama hilang akibat Agresi Militer Belanda II. Pencariannya ini bertujuan agar kelak jika ia meninggal, ia ingin dimakamkan di samping makam suaminya, mbah Prawiro Sahid. Pencariannya mencari makam mbah Prawiro ditemani oleh cucunya bernama Prapto yang diperankan oleh Rukman Rosadi. (Dalam film diceritakan bahwa mbah Sri berjalan seorang diri pergi dari rumah mencari makam suaminya dan cucunya Prapto mencari mbah Sri yang menghilang saat mencari makam mbah Prawiro).
Malam itu kami sangat beruntung, karena berkesempatan untuk bertatap muka langsung bahkan berfoto bersama sutradara merangkap produser dan penulis skenario film Ziarah ini, BW Purba Negara. Sebelum film diputar mas BW panggilan akrabnya, menyapa para penonton dan mengajak berdiskusi usai film ini berlangsung.
Malam itu kami sangat beruntung, karena berkesempatan untuk bertatap muka langsung bahkan berfoto bersama sutradara merangkap produser dan penulis skenario film Ziarah ini, BW Purba Negara. Sebelum film diputar mas BW panggilan akrabnya, menyapa para penonton dan mengajak berdiskusi usai film ini berlangsung.
Usai pemutaran film, mas BW memenuhi janjinya untuk kembali menyapa penonton dan membuka forum tanya jawab. Dalam diskusi malam itu beliau menyampaikan proses bagaimana Mbah Ponco Sutiyem bisa begitu menghayati perannya sebagai Mbah Sri. Mbah Ponco yang tidak bisa membaca, menjadi tantangan tersendiri bagi mas BW dalam mengarahkan dan menjelaskan skenario film ini. Dengan membacakan naskah skenario dan dengan metode mendonggeng mas BW menyampaikan alur cerita ini kepada mbah Ponco. Setelah itu baru mengajarkan dan mengarahnya ekspresi wajah dan penghayatan perannya.
Naskah film ini adalah fiksi (bukan kisah nyata). Mas BW yang juga sebagai penulis skenario menceritakan bahwa penulisan skenario ini berdasarkan pengabungan antara research dan sejarah. Ada beberapa hal yang memang benar terjadi dalam film ini, seperti sejarah Agresi Militer Belanda II. Menurut pengakuan mas BW malam itu, pembiayaan film ini digarap secara gotong royong.
Mbah Ponco Sutiyem(kanan) |
Sinopsis dari 21cineplex.com |
Film yang sangat sederhana dan natural ini diperankan dengan sangat baik dan apa adanya. Adegan demi adegan mengalir seperti layaknya kehidupan sehari-hari.
Menyaksikan film Ziarah ini saya dapat belajar beberapa hal antara lain :
- Arti sebuah kesetiaan, ketulusan, cinta, kesabaran dan perjuangan. Semua itu ditunjukkan sosok sederhana seperti mbah Sri ini pada perjuangannya menemukan makam suaminya dengan berjalan menaiki bukit, menyusuri waduk dan desa.
- Berdamai dengan masa lalu dan berani "Move On". Berani menerima kenyataan akan hilangnya suaminya tidak membuat mbah Sri larut dalam kesedihan dan berputus asa namun justru membuat dia harus berjuang untuk menemukan makamnya.
- Pantang menyerah. Pencarian mbah Sri belum berakhir sebelum ia menemukan makam suaminya. Beliau mendatangi dan bertanya pada beberapa teman dan rekan yang mengenal riwayat mbah Prawiro Sahid sebagai petunjuk baginya.
- Hormat dan Bakti. Sikap yang ditunjukkan Prapto pada mbah Sri menampakkan sikap yang "gemati" seorang cucu kepada simbahnya. Praptopun juga berusaha mencari makam mbah Prawiro. Prapto begitu khawatir saat tahu mbah Sri tidak ada di rumah. Ketika tahu mbah Sri sudah ketemu, Prapto lalu memijat kaki mbah Sri karena ia tahu simbah lelah setelah berjalan jauh.
Adegan Film "Ziarah" - Mbah Sri melakukan perjalanan naik Bis menuju sebuah desa untuk mencari makam suaminya |
Adegan Film "Ziarah" - Mbah Sri berbincang dengan salah seorang teman mbah Prawiro, mencari tahu dimana letak makam suaminya. |
Adegan Film "Ziarah" - Mbah Sri dipijit oleh cucunya Prapto karena lelah berjalan kaki mencari makam mbah Pawiro Sahid(suaminya) |
Tiket Nonton "Ziarah" |
Bersama Sutradara Film "Ziarah" Mas BW Purba Negara (Bewe-Purba) |
Sampai ketemu di #InpirasiFilm selanjutnya ya.... ***
Senin, 22 Mei 2017
Saat takjub akan kekuatan cinta dan kesetiaan