Judul : A Man Called Ahok
Sutradara : Putrama Tuta
Penulis Skenario : Dari buku A Man Called #Ahok karya Rudi Valinka
4 Rumah Produksi : The United Team of Art
5 Durasi : 102 menit
Bahasa. : Indonesia
Rilis : 8 November 2018
Apakah kamu sudah bersyukur dengan semua yang kamu miliki?
Apakah kamu sudah peduli terhadap keprihatinan orang lain di sekitarmu?
Apakah kamu rela memberikan sebagian dari yang kamu miliki bagi mereka yang membutuhkan?
"Kamu telah menerimanya dengan cuma-cuma, maka kamu juga harus memberikannya dengan cuma-cuma juga."
A Man Called Ahok merupakan film yang diangkat dari buku tentang ketulusan hati dan perjuangan Ahok karya Rudi Valinka yang berjudul A Man Called #Ahok tahun 2016. Saat itu ketika saya tahu akan terbit buku tersebut, saya langsung pre order secara online melalui email kurawa.book1000@gmail.com. Buku tersebut sampai di tangan saya tanggal 30 Desember 2016. Seteleah selesai membacanya, saya sempatkan untuk menulis Resensi buku A Man Called #Ahok.
Berdasarkan kisah nyata(based on true story) film ini menyiratkan banyak pesan moral yang sangat berharga. Daniel Mananta yang berperan sebagai Ahok begitu menghayati peran ini secara maksimal. Dari mulai cara berbicara dan cara berjalannya yang menyerupai Ahok. Dengan menggunakan alur mundur(flashback), kehidupan Ahok kecil di Belitung Timur dikisahkan. Melalui keteladanan orang tua khususnya Sang Ayah, Ahok belajar tentang nilai-nilai sosial, nilai kemanusiaan, kerelaan berbagi, dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil. Disini tampak jelas bahwa peran keluarga sangatlah penting dan berpengaruh dalam menanamkan karakter dan nilai-nilai kemanusiaan dalam diri anak-anak. Dari keluargalah kita mempersiapkan para penerus bangsa yang baik. Nilai-nilai positif yang diwariskan orang tua kepada anak-anaknya inilah yang nantinya menjadi bekal dan modal dalam mewujudkan sebuah bangsa yang maju, berkarakter dan berkepribadian baik.
Menurut saya film ini sama sekali tidak bermuatan unsur politik. Film ini hanya mengajak penonton untuk semakin memiliki hati yang dipenuhi rasa kemanusiaan, kepedulian, keadilan dan mengutamakan kesejahteraan rakyat kecil tanpa memandang suku, agama dan ras.
Film ini semakin diperkaya dengan dialog yang sesekali menggunakan bahasa mandarin yang menggambarkan bahwa Ahok seorang yang berdarah Cina(Thionghoa). Bagi saya yang sudah membaca bukunya, film ini tidak memvisualisasikan keseluruhan isi buku. Namun demikian, pesan penting dalam film ini telah tersampaikan dengan baik. Bersama dengan keluarga, sahabat atau rekan kerja film ini bisa menjadi pilihan tontonan yang mendidik.