Rabu, 31 Januari 2018

Review Film Dilan 1990

"Jangan rindu. Ini berat. Kau tak akan kuat. Biar aku aja". #Dilan



Yaa..itulah salah satu kata manis dan romantis yang diucapkan Dilan pada Milea yang akhir-akhir ini menjadi viral di media sosial dan sering dibuat meme oleh para netizen. Kisah asmara remaja tahun 1990 ini memang sedang menjadi perhatian kaum muda terlebih semenjak film berjudul Dilan 1990 yang diangkat dari Novel Dilanku 1990 karya Pidi Baiq tayang di bioskop. Saya yang belum pernah  sama sekali membaca Novel laris ini awalnya tidak tertarik dengan film bergenre remaja ini. Namun melihat minat para penonton dan  4 studio yang ada di Empire XXI didominasi oleh film yang disutradarai oleh Fajar Bustomi ini membuat saya menjadi penasaran dengan cerita tentang film ini. Seperti apa sih ceritanya, film yang sampai hari kelima sejak peluncurannya 25 Januari 2018 sudah mencapai  1.645.000 penonton (sumber  twitter) ! wow!!! 

Film Dilan 1990 ini bercerita tentang perkenalan Dilan dan Milea di sebuah SMA di Bandung. Saat itu Milea pindah sekolah dari Jakarta ke Bandung tahun 1990. Dilan mendekati Milea si gadis cantik murid baru di sekolah itu. Dengan caranya yang unik, lucu, dan selalu mengundang senyum, Dilan dengan penuh percaya diri mendekati Milea. Namun waktu itu Milea memiliki kekasih bernama Beni di Jakarta. Dilan yang romantis dan asik itu ternyata tergabung dalam geng motor dan terlibat tawuran. Tokoh Dilan diperankan oleh Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan/Iqbal CJR dan Milea diperankan oleh Vanessa Prescilla adik dari Sissy Priscillia. 

Film Dilan 1990 ini menggunakan alur mundur/flashback. Waktu itu Desember 2014 Milea yang  saya perkirakan saat itu berusia 41 tahun (Tahun 1990 Milea berusia 17 tahun, jadi kira-kira Milea itu kelahiran 1973.#BenerGak ? silakan hitung sendiri ya hehehe...) sedang mengenang dan merasakan rindu pada Dilan, pria yang mampu membuatnya nyaman dan selalu tersenyum. Kisah cinta masa remaja 24 tahun silam disuguhkan secara manis dan apik oleh rumah produksi Falcon Pictures. Menurut Pidi Baiq pria kelahiran Bandung, Jawa Barat 8 Agustus 1972 ini bahwa tokoh Milea dan Dilan ini memang ada di kehidupan nyata/kisah nyata.

Kisah dalam film ini disajikan dengan sangat menarik dan tidak membosankan dengan aktor-aktor muda. Karakter Dilan sebagai remaja yang jago bikin puisi dan kata-kata manis nan puitis ini  seolah mengajak penonton untuk kembali mengingat masa-masa indah jaman SMA. Setting lokasi, karakter  dan sifat anak muda usia SMA didan segala properti yang digunakan semakin menguatkan dan menghadirkan suasana masa itu. 

Penonton yang waktu itu didominasi oleh anak muda baik yang datang bersama pasangannya maupun datang bersama teman-temannya sangat menikmati akting apik dari Iqbal dan Vanessa. Tawa dan seruan penonton saat mendengar kalimat manis penuh gombalan ala Dilan membuat suasana studio menjadi semakin hidup dan semarak. 

Satu hal yang menurut saya kurang pantas untuk ditampilkan adalah beberapa adegan yang kurang sopan yang ditujukan kepada Milea sebagai seorang perempuan misal sebuah tamparan dari teman Dilan dan kata-kata kasar dari Beni kekasihnya. Tapi ini semua tidak mengurangi maksud dari sang penulis dan sutradara untuk menunjukkan karakter dan emosi anak muda seusia itu. Dalam film ini nampak juga hubungan yang akrab dan hangat antara orang tua dengan putra-putrinya yang sedang beranjak remaja. Selain itu, film Dilan 1990 menyelipkan pesan bagi para bapak ibu guru agar tidak bersikap semena-mena kepada muridnya atau tidak terlalu arogan jika mendapati murid yang melakukan kesalahan atau melanggar aturan.   

Berikut beberapa cuplikan adegan dari film Dilan 1990 : 
adegan Dilan 1990

Adegan saat Dilan mendekati Milea

Tiket nonton Dilan 1990
Selamat sejenak kembali ke masa SMA dengan menyaksikan Dilan 1990.***
*Background pengambilan foto tiket saya ini, semua kaum muda itu sedang antri di depan studio pemutaran film Dilan.

Sabtu, 20 Januari 2018

Review Film The Greatest Showman

Film pertama yang saya saksikan di tahun 2018 ini berjudul The Greatest Showman. Film yang disutradarai oleh Michael Gracey ini menurut saya sangat pas jika disaksikan di awal tahun. Awal tahun biasanya dijadikan momentum bagi setiap orang untuk memulai berjuang meraih mimpi-mimpi yang baru atau mungkin yang masih tertunda di tahun sebelumnya. Melalui film ini penonton diingatkan bahwa  ambisi membangun dan berjuang meraih mimpi saja tidaklah cukup semua juga harus diimbangi dengan sikap mawas diri agar kita tidak menjadi pribadi yang lupa diri dan sombong. 


Berikut sinopsis film The Greatest Showman (sumber : www.21cineplex.com)

The Greatest Showman adalah film musikal yang merayakan kelahiran bisnis pertunjukan dan perasaan kagum yang kita rasakan ketika mimpi bisa jadi kenyataan. Terinspirasi dari kisah perjuangan hidup dan imajinasi P.T. Barnum. The Greatest Showman mengisahkan tentang seorang visioner yang membangun dari nol untuk menciptakan pertunjukan mengagumkan yang menjadi sensasi dunia. 
The Greatest Showman disutradarai oleh Michael Gracey dengan lagu-lagu hasil karya pemenang Academy Award Benj Pasek dan Justin Paul (La La Land) dan dibintangi oleh peraih nominasi Academy Award Hugh Jackman. Selain itu juga menampilkan Michelle Williams, Zendaya, Zac Efron dan Rebecca Ferguson.

Pertunjukan Tim P.T Barnum

Seorang P.T. Barnum kecil dari keluarga yang tidak mampu, putra seorang penjahit bermimpi besar menciptakan pertunjukan terkenal di seluruh dunia. Berkat perjuangan, usaha dan dukungan dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya impiannya bisa terwujud. Barnum mengajak pribadi-pribadi yang memiliki keunikan dan keterbatasan yang justru dikucilkan oleh orang lain untuk bergabung bersamanya menciptakan sebuah pertunjukan(sirkus) yang spektakuler. Mereka semua dilibatkan agar mereka semua semakin memiliki nilai percaya diri dengan semua keunikan yang dimilikinya. Akhirnya mereka menjadi satu tim yang sukses dapat menciptakan pertunjukkan yang hebat dan  mampu membuat penonton terhibur. P.T. Barnum semakin sukses dan terkenal. 

Namun karena ucapan dan sikap mertua PT. Barnum yang merendahkannya membuat dirinya semakin berambisi untuk menjadi pribadi yang tidak pernah merasa puas dengan kesuksesan yang telah diraihnya dengan dalih bahwa semuanya ini demi kebahagiaan keluarga. 

Tim P.T. Barnum 

Keluarga P.T. Barnum

Pesan penting yang bisa saya bagikan dari Film The Greatest Showman antara lain : 
  1. Berani bermimpi besar dan percaya bahwa mimpi itu pasti terwujud jika kita mau berusaha untuk memperjuangkannya. 
  2. Memiliki tekad yang teguh dan gigih berjuang untuk mencapai impian tersebut.
  3. Selalu ingat dan berterima kasihlah kepada orang-orang yang telah mendukung keberhasilan dan kesuksesanmu. 
  4. Kebahagiaan dan kebersamaan keluarga merupakan hal yang penting dan juga perlu di perjuangkan karena semua keberhasilan kita berkat dukungan dan cinta dari keluarga. 
  5. Selalu bermawas diri agar keberhasilan yang kita raih tidak justru membawa kita pada kesombongan, lupa diri dan jatuh pada masalah baru yang bisa menghancurkan kita dan keluarga. 
  6. Menghargai pribadi lain dengan segala keunikan dan kelemahannya serta tidak memandang rendah orang lain. Memberi dukungan dan peluang kepada mereka untuk maju dan berkembang.

Tiket Nonton
Perpaduan antara musik dengan koreografi dalam film yang dibintangi oleh Michelle Williams ini sangat luar biasa dan  memanjakan mata para penonton. Keindahan musik dan koreografinya mampu mampu membawa penonton untuk merenungkan makna terdalam dari film ini. 

Selamat meraih impianmu...!!! 
Tetaplah mawas diri ...
Agar kau tak lupa diri..

Rabu, 10 Januari 2018

Resensi Buku Jump





Judul     : Jump            
Pengarang : Augie Fantinus
Penerbit  : B-First
Cetakan   : I, Juli 2017
Tebal     : 236 halaman
ISBN      : 978-602-426-057-6


Persembahan Bagi Negri

“Ketika kita tidak menyerah dan percaya bahwa akan ada hal baik yang datang sebagai jawaban atas usaha keras kita, keajaiban akan datang. Kenapa? Karena Tuhan itu baik.” (hal.184)

Kalimat inilah yang diyakini oleh Augie Fantinus seorang presenter yang sangat mencintai olahraga basket. Kecintaannya pada basket membuatnya bersedia menjadi Manajer Timnas Bola Basket Putri pada ajang SEA Games 2015 walaupun ia sendiri jarang mendapat kesempatan untuk main basket. Indonesia yang tidak pernah menang selama 18 tahun terakhir di ajang SEA Games, akhirnya berhasil meraih medali Perak pada SEA Games 2015 di Singapura melalui Timnas Bola Basket Putri.

Buku yang berisi perjalanan Augie sebagai Manajer Timnas Bola Basket Putri dalam meraih medali Perak ini mengingatkan pembaca bahwa untuk meraih sukses itu perlu perjuangan dan kerja keras. Dengan persiapan yang singkat, pendanaan yang minim, Surat Keputusan(SK) sebagai Manajer Timnas yang tak kunjung turun, perasaan rendah diri dan pesimis, Augie berjuang demi mengharumkan Indonesia. Augie yang menyelesaikan kuliah di Ohio State University,AS ini mencetuskan visi misi yang disebut “Filosofi Augie” yang terdiri 6 poin antara lain : teamwork, hardwork, pride, confidence, trust, dan fun (hal. 38-41) yang ditanamkan pada pemain.

Kerendahan hati Augie untuk mau belajar dari sejumlah manager tim seperti Ronald Simanjuntak(manager Pelita Jaya), Ferry Jupri, dll membuat dia mampu memimpin dengan baik. Selain itu, prinsip-prinsip Augie selama menjadi manajer seperti disiplin, tahu tujuan tim(visi misi), mau mendengarkan, turun langsung membantu anggota tim lain, terbuka, mau belajar dari orang lain, komunikasi dan koordinasi yang baik, cepat tanggap dan bisa membaca situasi yang terjadi membuatnya sukses memimpin Timnas meraih medali Perak. Dukungan dan motivasi dari Ridwan Kamil(Walikota Bandung), Tri Risma(Walikota Surabaya), dan alm. Julia Perez(artis) kepada pemain memberi energi positif bagi Timnas(bagian 10).

Membaca buku ini membuat pembaca terharu (bagian 14) dan larut dalam euforia SEA Games 2015(hal 114). Penggunaan bahasa yang santai, ringan disertai kalimat-kalimat yang sesekali mengundang senyum pembaca, membuat buku ini akrab dengan pembaca. Setiap cerita saling terkait satu sama lain sehingga 30 bagian dalam buku ini harus dibaca secara berurutan. Bagian akhir buku ini dilengkapi dengan glosarium yang membantu pembaca memahami istilah-istilah dalam permainan basket. Bagi pecinta basket buku ini bisa menjadi pilihan bacaan, namun tidak menutup kemungkinan siapapun untuk membacanya.***