Minggu, 25 Februari 2018

Resensi Buku Dilan 2 "Dia adalah Dilanku Tahun 1991

Cover Buku Dilan bagian 2 

Judul         : Dilan (bagian II) "Dia adalah Dilanku tahun 1991"
Pengarang : Pidi Baiq
Penerbit    : PT. Mizan Pustaka
Cetakan    : I, Juli 2015
Tebal        : 344 halaman
ISBN        : 978-602-7870-99-4


              Membaca Novel Dilan mengingatkan saya pada indahnya masa SMA. Masa-masa indah yang setiap orang pasti melewatinya. Menonton film Dilan 1990 membuat saya menjadi penasaran akan kelanjutan kisah cinta Dilan-Milea dan berniat untuk membeli 3 buku karya Pidi Baiq ini. Namun belum sampai keturutan membelinya karena kebaikan seorang kakak, saya mendapat kiriman email yang berisi e-book Dilan 1-3. Dengan senang hati saya menyambut kebaikannya itu dan bergegas untuk membacanya. 

             Novel remaja ini sangat nyaman untuk dinikmati. Bahasa yang digunakan Pidi sangat sederhana. Bahasa sehari-hari. Apa adanya. Sesekali penulis menyelipkan gaya bicara Dilan yang slengekan, usil dan jayus dengan gombalannya. Sebuah skenario besar yang penulis bagi menjadi beberapa bab dengan topik pembicaraan dan judul sub bab yang berbeda-beda. Lewat kata yang terangkai secara sederhana penulis menggiring pembaca untuk terus menyelesaikan setiap lembar halaman buku ini. Pidi mendeskripsikan setiap objek, kondisi saat itu yang sedang terjadi dan setting lokasi secara detil sekali membuat pembaca menjadi semakin mudah berimajinasi dan masuk dalam suasana yang sedang dibicarakan. Ditambah lagi karakter Dilan yang slengekan dan bicara semaunya  membuat pembaca tertawa. 


                   Penulis menggunakan teori nested story (cerita berlapis), penulis menceritakan hal lain terlebih dahulu sebelum sampai pada cerita yang dimaksudkan. Penulis menyebutkan pula brand-brand yang digunakan dalam setting novel tersebut seperti tupperware, sctv, rcti, tvri. (saya masih kurang paham tentang ini, apa dengan menyebutkan brand bukan berarti promosi/iklan ya? hmmm). Konflik dalam Buku Dilan 2 ini semakin beragam. Pembaca diajak untuk larut dalam emosi yang ditimbulkan dari kisah dalam buku ini. Berbeda dengan cerita Dilan 1 yang memuat banyak kisah manis antara Dilan dan Milea. 

                  Membaca Novel Dilan, serasa ingin menulis novel sendiri. Serasa ingin menulis kisah cinta masa SMA yang pernah terjadi. Tapi saya belum siap hati, jika harus kembali ke masa itu dengan sejuta perasaan menggelora dan menggetarkan hati hehehehe..... Jika saya berani memutuskan untuk menuliskan kisah cinta kala itu, maka saya harus sudah siap lahir batin dan baper, mewek :(( ***



2 komentar:

  1. Yf....kisah cinta remaja..tdk pernah hilang n pupus..walau d makan usia..sekarang semua masa lalu biarlah menjadi kisah n kenangan yg tak terlupakan...

    BalasHapus
  2. Semua untuk dikenang dan jadikan pelajaran yang berharga dalam hidup. Tatap masa depan dengan penuh harapan. Terimakasih sudah berkenan mampir di blog saya. :)

    BalasHapus