Rabu, 21 Desember 2016

Gratisan Buku Pertama Kali

Pengalaman ini memberi keyakinan
menambah kepercayaan
akan kemampuan 
yang harus dipertanggungjawabkan
pada Sang pemberi kelebihan
(eve 21.12.16)

Sukacita berlipat ketika setelah menyelesaikan tulisan Resensi Buku Tenang Senang Menang dan mendapatkan Honor Resensi dari KR, kini giliran Penerbit Grasindo memberi Gratisan Buku. Siang ini Rabu 21 Desember 2016 ada paket dari Penerbit Grasindo. Aha...!! Wah... senangnya mendapat gratisan buku. Menulis resensi buku ternyata keuntungannya double-double ya... udah karyanya dimuat(namanya numpang terkenal karena masuk koran hehehe...), dapat honor, plus dapat gratisan buku pula.
Pengalaman pertama kali ini sungguh membahagiakan dan memberi harapan baru. Kenapa tidak dari dulu ya....hmmm....
Namun tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu hal baik dan berkarya. 

Paket dari Penerbit Grasindo

Buku dan Surat dari Grasindo
Asyiikk !! ternyata buku ini termasuk buku baru cetakan pertama bulan November tahun 2016, jadi bisa kuresensi lagi dan kukirim lagi ke media... 
Buku Monster Motivasi
Terima kasih Grasindo, 
Terima kasih KR,

Semoga ini semakin memotivasi saya untuk selalu berkarya.***

Rabu, 14 Desember 2016

Lomba Menulis Dharma Wanita

Rabu Pon, 14 Desember 2016

Hari ini saya menghadiri Puncak Acara Hari Ulang Tahun Dharma Wanita Persatuan ke XVII kota Yogyakarta sembari menanggapi undangan Dharma Wanita untuk menerima hadiah lomba menulis. Ada sukacita di hati karena bertepatan juga dengan suasana menyambut Hari Raya Natal (25 Des). Sukacita semakin bertambah karena saya berkesempatan untuk memberikan "sesuatu" bagi instansi Kemenag terlebih bertepatan dengan menyambut Hari Ulang Tahun Kemenang(Hari Amal Bhakti-3 Jan 2017).

Joy to the world !!

Ini pengalaman pertamaku, mengikuti lomba menulis.
Dan ini juga pengalaman pertamaku masuk dalam deretan penerima hadiah. Meraih Juara Harapan-II dari 31 jumlah artikel yang masuk, sudah lumayanlah patut disyukuri.
(Lagi) Ini juga pengalaman pertamaku sejak hampir enam 6 aku bekerja di Kemenag, bisa memberikan sesuatu demi nama baik Kemenag.

Terimakasih Bapa atas kebaikanMu dan sukacita yang Kau beri.
Terimakasih kepada para sahabat, teman dan siapa saja yang telah memberikan banyak ucapan selamat dan dukungan kepada saya.
Semoga semuanya itu bisa menjadi "suntikan" motivasi untuk saya bisa berkarya lebih baik lagi.

Ini liputan foto waktu penerimaan hadiah :
Lokasi di Gedung Pandawa, Balai Kota Yogyakarta.
Pukul : 09.00 - 11.00 wib

Bersama para pemenang lomba dengan pengurus DWP Kota Yogyakarta

Bersama pengurus DWP Kemenag Kota Bu Etik, Eva, Bu Sigit, Bu Yati, Bu Uswatun (dari kiri)

Juara Harapan II Lomba Menulis Artikel-DWP Kota Yogyakarta

Piagam dan Piala

Saya dan kreasi Natal by garakat

Terimakasih kelg. garakat (bu Ariwati, pak Ismul, pak Didik, Eva, pak Alex, bu Tiwik, Anin)

Selasa, 06 Desember 2016

Pengalaman Pertama


Atas saran seorang sahabat untuk mencairkan honor menulis Resensi Buku Tenang Senang Menang yang telah dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat edisi hari Sabtu, 3 Desember 2016, katanya demikian "Diambil lho honornya, lumayan lho!" 
Aku hanya tersenyum mendengarnya dan kujawab "Sebenarnya bukan itu juga sih motivasiku menulis, belajar itu yang lebih utama", jawabku seolah bijak. hehehe..
Dapat honor itu bonus, karyaku dimuat dan namaku terpampang saja aku sudah sungguh bahagia. Dan kebahagiaan bertambah ketika mendapat honor hehe.. Sembah nuwun, Gusti. 

Hari kedua dalam minggu ini akhirnya saya memutuskan untuk menuju ke kantor Kedaulatan Rakyat yang ada di  Jalan Mangkubumi.
Ini adalah pengalaman pertamaku datang ke kantor KR. Berbekal informasi yang saya dapatkan dari sahabat saya itu dengan penuh percaya diri masuk ke sebuah ruangan yang terdiri beberapa loket.
"Nanti ke bagian bendahara(keuangan maksudnya) sambil membawa ktp atau fotokopi ktp, lalu ke loket 6 lalu loket 8 kemudian ke loket 2", begitu arahan sahabat saya saat saya bertanya tentang bagaimana prosedurnya.

Waktu itu saya pikir sudah benar karena deretan loket meyakinkan saya kalau itu benar, tapi ternyata saya memasuki loket buat daftar iklan. Tanpa malu dan ragu saya bertanya pada salah seorang ibu pegawai disitu dan beliau menjelaskan lokasi bagian keuangan. Langsung saja saya menuju ke tempat yang telah dijelaskannya.
Untuk meyakinkan lokasi bagian keuangan, saya bertanya lagi pada pak satpam. Lalu beliau menjelaskan dan saya semakin yakin bahwa tidak salah masuk area.
Sampai juga saya pada bagian keuangan. Loket enam...loket enam...dalam hati berkata sembari mengingat dan mencari loket 6, karena ternyata disana berjejer loket-loket yang bernomor.
Nah..ini ketemu, "Mau ambil honor resensi, bu", kataku pada ibu petugas loket. "Ada KTP atau fotokopi ktp?", pintanya. Sembari saya serahkan fotokopi ktp dan menyampaikan "Resensi tanggal 3 Desember, bu". 
Loket 6 di bagian keuangan KR 

Setelah beberapa saat dicari berkas penerimaan honor ternyata dokumen untuk tanggal terbit 3 Desember masih ada di bagian redaksi. Saya diminta ibu itu untuk mengambilnya di bagian Redaksi dibagian luar. Mungkin saya terlalu dini mengambil honor, baru 3 hari dari hari terbit. Aihh.. malu dikit tapi tetep berusaha pede. Justru malah bangga wong menghasilkan karya kenapa malu. 

Akhirnya sampailah saya di bagian redaksi dan meminta kepada petugas yang ada di situ berkas penerimaan honor resensi. Saya dapatkan berkas itu dan saya kembali menuju ke bagian keuangan loket 6.

Slip honor resensi dari KR

Kantor redaksi KR Jalan Mangkubumi
Setelah beberapa saat saya menunggu, ke loket 8 sebentar lalu ke loket 2 dan akhirnya saya merima uang honor tersebut. Lumayanlah.. Puji Tuhan. Berapapun besarnya selalu disyukuri. 
Lebih dari semua itu, pengalamanlah yang lebih berharga. 
Ya pengalaman menulis...
Ya pengalaman mengirim tulisan...
Ya pengalaman ditolak tulisannya...
Ya pengalaman bisa masuk kantor KR...
Ya pengalaman senangnya mendapatkan honor..


Sssstt..lain kali kalau dapat honor ambilnya jangan kemruputen ya... hehe
Ini secuil pengalamanku, apa pengalamanmu? ***


Selasa, 6 Desember 2016



Senin, 05 Desember 2016

Resensi Buku Tenang Senang Menang

Kuambil buku ini dari deretan buku pada rak pengembangan diri di sebuah toko buku.

Cover buku tenang senang menang
Kubaca beberapa lembar saat aku berada disana. "Buku ini sangat menarik", pikirku. Kulanjutkan membaca halaman berikutnya. Buku ini sederhana, menarik, bisa untuk panduan dan mudah dipahami oleh penikmat buku terutama kaum muda. Akhirnya kuambil buku ini dan beberapa buku yang lain yang hendak kubeli.

Beberapa buku yang kubeli saat itu 

Setelah sampai di rumah, kubaca habis semua halamannya(184 hal) dan kucoba memahami maksud penulis lewat buku itu. "Hmmm...ya..ya.. yaa.. jadi ini maksud penulis", gumamku dalam hati. Seperti ada yang mengerakkanku, untuk menuangkan gagasan itu dalam bentuk tulisan, ya itung-itung aku latihan menulis resensi buku. Akupun kemudian membuka halaman kedua buku ini untuk melihat bulan dan tahun pembuatan buku tersebut. Ternyata buku itu masih terbilang baru, terbit pada bulan Agustus 2016(ternyata setelah aku kepoin di IG nya buku ini diluncurkan bertepatan dengan tgl 17 Agustus 2016).
Aku teringat informasi dari seorang teman bahwa buku layak diresensi maksimal 3 bulan dari saat buku itu terbit. 

Kesempatan baik ini kugunakan untuk belajar menulis resensi. Kutulis saja, kutuangkan semua gagasan yang ada di pikiranku, kubiarkan saja ide itu mengalir. Ku scan cover bukunya dan kukirim tulisan itu ke salah satu surat kabar lokal di kotaku yakni Harian Kedaulatan Rakyat(KR).
Di harian KR rubrik Pustaka Resensi terbit setiap hari Sabtu.

Beberapa hari telah berlalu dan aku tidak tahu bagaimana kabar tentang resensi buku yang aku kirim itu, apakah dimuat atau tidak?

Sebelumnya memang aku pernah mengirimkan resensi buku tentang desa wisata bisa dilihat di Resensi Buku Desa Wisata, namun resensi itu belum berkesempatan di muat di harian KR.
Tak apalah mungkin memang aku masih harus banyak belajar.

Satu minggu berlalu lagi, awal minggu ini aku kembali melihat surat kabar tepatnya Sabtu, 3 Desember 2016 itu, "Siapa tahu karyaku diberi ruang", pikirku saat itu. Ahaaaa!! Surprise !! kali ini aku berhasil dan lolos nembus media ini untuk tulisan berbentuk resensi buku. Berada di pojok kiri bawah diantara tiga resensi buku yang lain. Puji Tuhan ! Ini benar-benar tidak kuduga ! Ternyata aku bisa !

Judul     : Tenang Senang Menang
  – Tips Anak Muda Anti Bangkrut  
Pengarang : Soegeanto Tan
Penerbit  : Grasindo
Cetakan   : I, 2016
Tebal     : 184 halaman
ISBN      : 978-602-375-632-2


Jadilah pemenang bagi masa depanmu !


Masa muda adalah masa yang paling indah. Masa setiap anak muda memiliki banyak impian dan cita-cita. Masa setiap anak muda dihadapkan pada berbagai macam pilihan dalam hidupnya. Masa anak muda untuk mempersiapkan diri menjadi pribadi yang berprestasi agar bisa meraih masa depan yang diimpi. Namun tak jarang banyak anak muda salah jalan dan salah pergaulan. Mereka salah menentukan pilihan dan salah mengambil keputusan dalam hidupnya. Kesalahan ini berakibat pada gagalnya pencapaian cita-cita dan impian mereka. Segala harapan yang telah mereka bangun hanya sebatas angan-angan saja tanpa ada wujud nyata. Akhirnya masa depan mereka menjadi suram.

Buku ini memberikan panduan dan petunjuk bagi anak muda dalam mempersiapkan masa depan dengan baik dan hati yang senang sehingga mereka tidak salah langkah dalam mencapai cita-cita. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana disertai dengan gambar yang menarik dan colorfull, buku ini mampu memandu anak muda dalam menyusun strategi untuk mempersiapkan masa depan. Bagian buku ini juga ada ajakan kepada anak muda untuk menuliskan dan mengimajinasikan impian besar mereka. Anak muda juga diajak untuk mengenali potensi diri yang dimiliki serta cara-cara untuk mengembangkannya secara benar.

Penggunaan kata-kata yang akrab di telinga anak muda jaman sekarang membuat isi buku ini mudah untuk dipahami. Berbagai tips-tips untuk mengatasi setiap permasalahan yang sering dialami anak muda jaman sekarang disajikan dengan ilustrasi yang sangat menarik dan detil, seperti tips belajar cerdas, tips bersyukur, tips proaktif, tips berdamai dengan masa lalu, dan masih banyak lagi. Pada setiap bagian yang dibahas disertai dengan kalimat-kalimat bijak untuk memotivasi.

Dengan membaca buku ini anak muda bisa menjadi semakin percaya diri dan optimis, bahwa mereka pasti dapat mewujudkan impian mereka jika mereka tahu cara yang benar untuk meraihnya. Sehingga mereka bisa menjadi pemenang bagi masa depan mereka. ***


Oleh:
Eva Laura



Resensi Buku Kedaulatan Rakyat, 3 Desember 2016 
Ternyata yang awalnya sungguh tidak terduga dan tidak sengaja dan tidak ada niatan sama sekali aku membeli buku itu untuk diresensi, aku hanya mengikuti intuisi yang ada dan menuntunku untuk melakukannya dan aku melakukannya akhirnya berakhir baik bagi pengembangan diriku di dunia literasi. 

Ini juga menjadi tahap belajarku untuk mengikuti intuisiku. Mungkin aku harus semakin peka dan lebih giat lagi belajar menulis, karena saat ini semesta perlahan sedang mendukungku pada pencapaian cita-cita dan mimpiku untuk menjadi penulis.***







Jumat, 25 November 2016

Pemimpin itu "Pelayan"

Berikut saya tampilkan dua alenia saja untuk isi artikel saya, jika pembaca ingin membaca selengkapnya bisa menghubungi saya secara pribadi :)

Opini di Majalah Praba edisi No.22-November-II-2016

Pemimpin itu "Pelayan"

Pemimpin itu layaknya seorang nahkoda. Nahkoda yang bertanggung jawab ketika mengemudikan sebuah kapal pada suatu pelayaran menuju ke tujuan tertentu dengan selamat. Nahkoda juga bertanggung jawab atas keselamatan seluruh penumpang dan seisi kapalnya. Dalam tugasnya yang sangat penting itu, seorang nahkoda membutuhkan kemampuan dan ketrampilan yang mendukung pelaksanaan tugasnya. Demikian juga halnya dengan seorang pemimpin. Pada unit terkecil mulai dari keluarga, RT, RW, kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi, lembaga, organisasi, perusahaan bahkan suatu negara pasti membutuhkan seorang pemimpin.
Pemimpin yang baik mampu membawa orang-orang yang dipimpinnya menuju ke tujuan yang dicita-citakan dengan cara-cara yang benar. Karakter pemimpin yang jujur, bertanggung jawab, cerdas, bisa dipercaya, selalu berpikir positif, memiliki kesungguhan dan kematangan dalam berpikir merupakan sosok pemimpin yang menjadi harapan semua orang. Seorang pemimpin bisa dikatakan berhasil jika mampu membuat suatu perencanaan yang matang, mewujudkan kesejahteraan anggotanya dan mampu memberikan hasil kerja yang menguntungkan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Kemampuannya yang mau memahami orang lain terlebih dahulu daripada dipahami, mampu menjadi modal dalam pengambilan keputusan yang lebih bijaksana. Setiap keputusan yang diambilnya harus demi kesejahteraan bersama dan terlebih mampu menciptakan suasana damai di wilayah yang dipimpinnya. Dengan kemampuannya dalam mengkomunikasikan secara baik setiap permasalahan yang ditemui maka permasalahan dapat dipecahkan dan dicari solusi yang terbaik bagi banyak orang. Seorang pemimpin harus mampu mengenali setiap potensi yang ada di wilayahnya agar bisa menjadi modal untuk pencapaian tujuan yang diharapkan. Sangat ideal memang kedengarannya. Namun, itulah harapan kita akan sosok seorang pemimpin. Pada kenyataannya belakangan ini kita disuguhi dan dipertontonkan dengan sosok para pemimpin yang jauh dari ideal. Seorang pemimpin yang hanya mementingkan kepentingan pribadi, tidak jujur, korupsi dan yang memanfaatkan jabatannya hanya untuk memperkaya dan mensejahterakan dirinya sendiri. Jabatannya sebagai pemimpin itu seolah-olah hanya sekedar jabatan saja yang melekat pada dirinya tanpa diimbangi dengan rasa tanggung jawab yang besar dan kesungguhan hati menghayati makna yang lebih dalam dari seorang pemimpin..... dan seterusnya....dan seterusnya....

"Good leaders  must first become good servants"
- Robert K. Greenleaf



"Ruang" baru untuk menulis


Di tengah suasana politik yang sedang hangat menjelang pilkada, saya tergelitik untuk menulis sebuah opini tentang makna seorang pemimpin. 
Puji Tuhan...
Karya saya diberi "ruang" di majalah Praba edisi No, 22 - November - II - 2016
Terima kasih majalah Praba. 
Terima kasih kakak guru yang telah mengarahkan dan membimbing saya untuk mengirimkan artikel ini ke redaksi Praba.

halaman 1

halaman 2
Atas permintaan seorang teman (Defi yang sedang berada di negri orang hehehe...) yang menginginkan agar artikel ini bisa dibaca, maka saya sertakan isi artikel tersebut (maaf hanya 2 alenia saja.... ).
Silakan klik link berikut Pemimpin itu Pelayan untuk cuplikan artikel tulisan saya. Jika menginginkan yang lengkap silakan menghubungi saya secara pribadi. 

Selamat membaca ...
Semoga bermanfaat dan menginspirasi :)









Rabu, 09 November 2016

Hidup dan (gaya) Hidup

"Orang tua rela hidup sederhana demi memenuhi kebutuhan putranya,
hanya demi sebuah gaya hidup"
-eve-

Rabu 9.11.16

Siang ini saya berbincang dengan seorang teman, beliau ibu dengan 2 orang putra, satu laki-laki dan satu perempuan. Kedua putranya sama-sama duduk di bangku SMA. Beliau membagikan kisahnya dalam membesarkan putra-putri mereka yang menginjak usia remaja. Beliau ekstra hati-hati menjaga putra-putrinya terutama dalam bergaul dengan teman-teman sekolah. Di jaman yang sudah semakin maju ini beliau mesti mengeluarkan uang ekstra untuk memenuhi kebutuhan sekolah mereka. Gaya hidup di kota seperti Yogyakarta ini bisa dibilang cukup tinggi. Bersekolah bersama berbagai teman dengan latar belakang keluarga menengah keatas, menuntut si Ibu untuk rela menomorduakan kepentingannya demi mencukupi kebutuhan putra-putrinya. Terkadang ibu cukup makan dengan lauk seadanya di rumah, sedangkan putranya bersama teman-temannya makan di rumah makan yang mewah sekedar untuk merayakan ulang tahun temannya. Di lain hal, kebutuhan putra-putrinya seperti sepatu, baju, tas, dll dituntut bermerk yang berharga tinggi. Pengaruh lingkungan sekolah membuat mereka untuk mengikuti gaya hidup mewah yang melebihi kemampuan keluarganya.

Anganku melayang dan pikiranku bertanya, 
Bagaimana jika orang tua tidak bisa memenuhi kebutuhan itu karena ekonomi keluarga yang kurang? 
Akankah anak merasa minder karena tidak bisa seperti temannya?
Atau orang tua akan merasa malu karena tidak bisa memenuhi keinginan anaknya?

Lepas dari semuanya ini kondisi semacam itu harus disikapi secara bijaksana. Tingginya harga-harga kebutuhan jaman sekarang memang menuntut orang tua untuk semakin cerdas dalam memanajemen keuangan dan mendahulukan kebutuhan daripada keinginan. Orang tua juga dituntut untuk semakin giat dan kreatif mengusahakan pemasukan bagi keluarga. Orang tua juga harus mengontrol permintaan anaknya dengan tidak selalu memenuhi setiap permintaannya.

Namun di lain hal anak juga harus diberi pengertian berkaitan dengan kemampuan ekonomi orang tuanya agar bisa memahami dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan untuk pemenuhan gaya hidup semata. Anak juga perlu diajarkan untuk semakin menghargai kerja keras orang tua dan lebih mengutamakan tugasnya yakni belajar. Selain itu anak juga diajak untuk hidup hemat dan menghargai uang.

Memenuhi kebutuhan?
atau 
Memenuhi keinginan?


Mungkin kisah ibu itu juga menjadi kisah-kisah kebanyakan orang tua di luar sana.
Diatas semuanya itu anak juga diberi pemahaman untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan agar menghayati bahwa semuanya itu hanyalah sarana saja untuk hidup di dunia dan bukan yang utama. Dengan semua kebutuhan duniawi itu kita semua bisa semakin dekat dengan Tuhan, Sang Maha Empunya segalanya.***








Selasa, 25 Oktober 2016

Pro dan Kontra Penghapusan PR

Pikiran Pembaca KR edisi Senin, 24 Okt 2016

Pro dan Kontra Penghapusan PR  

Beberapa waktu yang lalu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan(Mendikbud), Muhadjir Effendy menginstruksikan larangan pemberian Pekerjaan Rumah(PR) kepada siswa. Larangan pemberian PR kepada siswa ini dimaksudkan agar siswa tidak semakin terbebani oleh tugas sekolah. Selama di sekolah, siswa sudah banyak menerima materi pelajaran dan tak jarang siswa pulang hingga sore karena ada pelajaran tambahan atau kegiatan ekstrakurikuler. Siswa menjadi lelah saat sampai di rumah. Belum lagi jika sepulang sekolah, siswa masih harus mengikuti les privat baik di rumah maupun di lembaga bimbingan belajar. Hal ini menyebabkan siswa kekurangan waktu untuk sekedar bisa bermain-main dan bersosialisasi dengan temannya. Khususnya bagi siswa Sekolah Dasar, mereka jadi kehilangan masa anak-anaknya dikarenakan beban PR yang harus mereka selesaikan. Siswa yang sibuk mengerjakan PR juga kekurangan waktu untuk ngobrol dengan orang tua mereka. Pekerjaan Rumah adalah sejumlah aktivitas tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk dikerjakan siswa di luar jam sekolah namun pada kenyataannya banyak ditemukan bahwa PR bukan dikerjakan oleh siswa itu sendiri melainkan malah dikerjakan oleh orang tua. Beberapa hal inilah yang melatarbelakangi larangan pemberian PR terhadap siswa.
Instruksi Mendikbud ini jelas menuai pro dan kontra dari berbagai pihak, baik pihak sekolah maupun orang tua siswa. Menurut sebagian pihak, pemberian PR kepada siswa memiliki banyak sekali manfaat dan tujuan. Dengan diberi PR, siswa tumbuh menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab akan tugasnya sebagai pelajar yakni belajar. Siswa juga belajar disiplin untuk membagi waktu dan memprioritaskan kegiatan antara bermain dan belajar. PR membuat siswa menjadi lebih rajin belajar karena ia harus membuka buku pelajaran dan secara otomatis siswa menjadi lebih sering membaca buku pelajaran. PR membuat siswa mengulang-ulang materi yang telah diajarkan sebelumnya di sekolah. Hal ini berkaitan dengan kemampuan daya ingat seseorang yang terbatas dalam menerima informasi yakni hanya 20-30 detik saja yang dinamakan Short Term Memort(STM)/Memory Jangka Pendek. Dengan mengerjakan PR siswa mengulang-ulang pelajaran yang telah diterimanya sehingga pelajaran bisa tersimpan lebih lama di memori(Long Term Memory/Memori Jangka Panjang). PR yang diberikan membuat siswa memiliki sifat inisiatif dan mengerjakan tugasnya secara maksimal tanpa mempedulikan hasilnya entah itu benar atau salah. Mengerjakan PR bisa menjadi media latihan bagi siswa untuk mendalami materi yang telah diajarkan oleh guru. Melalui PR siswa juga mampu memberikan penghargaan pada dirinya sendiri. Apabila PR yang dikerjakannya benar dan mendapat nilai yang bagus dari guru, maka timbul rasa bangga, senang dan puas. Hal ini akan semakin memotivasi semangat belajar siswa. PR yang dikerjakan dengan baik juga bisa melatih kemampuan siswa yang memungkinkan siswa untuk memiliki nilai akademik yang tinggi. Variasi PR yang diberikan oleh guru bisa menambah ketrampilan, kreatifitas serta pengetahuan bagi siswa. PR yang bisa dikerjakan sendiri mampu membuat siswa menjadi semakin percaya diri dan ini menandakan bahwa pelajaran yang telah diterimanya di sekolah bisa ia pahami dengan baik dan benar. Selain itu dengan mengerjakan PR, siswa bisa menyiapkan dan mempelajari materi pelajaran yang berikutnya. 
Di sisi lain tak jarang kadang PR juga menjadi penyebab stress bagi siswa yang berakibat PR hanya dikerjakan asal-asalan. Siswa jadi menyontek PR yang sudah dikerjakan oleh temannya. Siswa cenderung mengerjakan PR di sekolah dengan berbagai alasan. Lingkungan rumah yang tidak kondusif juga menjadi kendala tersendiri untuk menjadi tempat yang nyaman untuk belajar dikarenakan alasan ekonomi. Beban PR yang berlebihanpun bisa membuat siswa mulai bermalas-malasan dalam mengerjakan PR dan tidak menyukai belajar bahkan sekolah.  Tak jarang didapati kondisi saat siswa tidak mengerjakan PR sehingga siswa jadi merasa takut dan malu yang menyebabkan siswa tidak masuk sekolah karena belum mengerjakan PR. Jika memang larangan pemberian PR ini akan diberlakukan, maka sebaiknya memperhitungkan kemampuan siswa serta kondisi sekolah. Karena kondisi dan situasi masing-masing sekolah berbeda-beda. Tingkat kemampuan masing-masing siswapun juga berbeda dalam menerima pelajaran, apabila seluruh materi pelajaran diselesaikan di sekolah.
Melihat kondisi ini hendaknya ada koordinasi, kerjasama dan komitmen bersama antara pemerintah, pihak sekolah dan orang tua dalam mencari solusi bersama agar memberikan hasil yang maksimal bagi pendidikan siswa. Pemerintah hendaknya memberikan instruksi yang bijaksana dan bisa dijalankan dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi siswa serta sekolah. Dari pihak sekolah terutama guru, hendaknya menjalin kerjasama dan komunikasi dengan orang tua agar dapat saling mendukung proses belajar siswa dan membimbing siswa saat belajar di rumah. Guru juga sebaiknya lebih kreatif dan bervariatif dalam memberikan soal-soal sehingga kegiatan belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan. Guru tidak perlu terlalu banyak memberikan PR yang dapat membebani siswa namun cukup mengulang(review) pelajaran yang sudah diajarkan di sekolah. Di lain hal, peran orang tua dalam memotivasi siswa dalam belajar sangatlah penting. Dukungan orang tua dalam membimbing, mendampingi, mengarahkan dan menjelaskan anaknya pada setiap persoalan yang dihadapi saat mengerjakan PR serta tidak memanjakan anak dengan mengerjakan PR tersebut bisa memperkuat hubungan antara anak dan orang tua. Dengan demikian orang tua turut ambil bagian dalam pendidikan anak. Komitmen bersama yang dibangun dengan baik oleh pemerintah, orang tua dan pihak sekolah menjadi jalan terbaik dalam upaya pendidikan siswa. Jika demikian, ada PR? Gak masalah! ***

-Eva Laura-




Senin, 17 Oktober 2016

Jogja International Batik Biennale(JIBB) 2016

Minggu, 16 Oktober 2016

Luar biasa...
ada rasa bangga yang tak terkira yang selama ini tak terungkap, ternyata bangsa ini memiliki warisan budaya yang sungguh indah, sebuah mahakarya yang diakui di dunia, yakni Batik.

UNESCO mengakui Batik Indonesia sebagai Mahakarya Lisan dan Tak Benda Warisan Manusia pada tanggal 2 Oktober 2009. Selain itu Dewan Kerajinan Dunia, World Craft Council(WCC) telah menobatkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia pada tanggal 18 Oktober 2014, di kota Dongyang, Tiongkok. 
Mengapa Yogyakarta? 
Karena Yogyakarta dinilai telah memenuhi 7 kriteria dengan baik yaitu : nilai historis, orisinalitas, regenerasi, nilai ekonomi, ramah lingkungan, mempunyai reputasi internasional dan mempunyai persebaran luas. (http://www.jogjabatikbiennale.com).
Oleh karena itu, untuk mengangkat tradisi batik dan memberi kontribusi bagi pengembang batik di Indonesia maka dilangsungkan "Jogja International Batik Biennale(JIBB)" tanggal 12-16 Oktober 2016 di Yogyakarta. 

Mengetahui informasi tersebut melalui media sosial, aku langsung menandai tanggal tersebut agar tidak melewatkan kesempatan ini. Salah satu agenda JIBB 2016 adalah Pameran Batik yang diadakan di JEC. Keinginan untuk mengenal lebih dekat tentang Batik membawaku untuk berkunjung ke Pameran Batik itu, bahkan sampai 2 kali (15 dan 16 Okt 2016). Ribuan lembar kain batik yang dipamerkan tak cukup jika hanya sejam-dua jam untuk dinikmati keindahannya. Belum lagi waktu untuk foto-foto hehe....Pengalaman bisa "berdekatan" dengan batik bagiku ini merupakan pengalaman yang istimewa. Kesempatan aku bisa mengetahui berbagai macam koleksi batik dari berbagai museum di Indonesia diantaranya Batik Pekalongan, Batik Cirebon, Batik Madura dengan kekhasannya masing-masing lebih-lebih koleksi batik ini boleh diabadikan menggunakan kamera (teringat saat aku mengantar seorang teman berkunjung ke museum batik di Jogja dan kami tidak diijinkan untuk memotretnya, nah beruntung banget kan bisa melihat dan mengabadikan batik di  Pameran JIBB ini).

Pengalaman ini membuat aku semakin mencintai warisan budaya milik negeri sendiri. Dunia saja mengakui, masa kita sebagai pemilik budaya itu malah tidak mengakui, kan lucu...
Berikut foto-fotoku saat berkunjung ke pameran Batik :





Di depan stan Kraton Ngayogyakarto





Piring dan Cangkir Batik

Bahan dan perlengkapan membuat batik 

Becak Batik

Minggu, 18 September 2016

Wedangan di Watu Lumbung


Minggu, 18 September 2016

Petualangan kami hari ini ke arah selatan Yogyakarta tepatnya di Kampung Watu Lumbung, Bukit Parangtritis, Kretek, Bantul. Kampung ini juga disebut Kampung Edukasi Watu Lumbung. Kampung Edukasi karena di tempat ini disediakan media untuk belajar seperti perpustakaan, dan belajar bercocok tanam pada media polibag. Untuk menuju ke lokasi kami membutuhkan waktu kurang lebih 45-60 menit dari kota Yogya dengan mengendara mobil. Kami berangkat sekitar pukul 15.00 wib agar sesampainya disana tidak terlalu panas.

Rute menuju ke lokasi ini lewat jalan Parangtritis lurus terus ke selatan sampai ketemu Jembatan Kretek, 10 meter setelah Jembatan Kretek akan menjumpai pertigaan, lalu belok ke kiri 500 meter masuk ke arah timur sampai mendapati pertigaan lalu belok ke kanan dan ikuti jalan itu terus. Jalan menuju ke lokasi menanjak dan berbelok, harap berhati-hati.

Di sepanjang jalan kami mendapati banyak pohon Jati. Konstruksi bambu dibangun tempat untuk sekedar nongkrong sambil wedangan dengan memanfaatkan pohon-pohon jati itu sebagai penyangganya. Di sana akan dijumpai beberapa Kedai Wedangan yang menawarkan banyak pilihan lokasi dengan view pemandangan yang indah dari ketinggian dan juga menu sederhana seperti Wedang Kopi, Teh, Jeruk, Pisang  Goreng, Tempe Goreng, Kelapa Muda dan berbagai sayur "ndeso" dan masih banyak lagi.

Sebelum kami berhenti di salah satu Kedai, kami melanjutkan perjalanan naik ke atas untuk melihat-lihat beberapa Kedai yang ada di situ. Hingga akhirnya kami berhenti di salah satu Kedai Wedangan. Di kedai itu kami beristirahat di sebuah gubug. Dari situ nampak keindahan Jembatan Kretek dan Kali Opak serta Parangtritis dari ketinggian. Waktu yang nyaman untuk pergi ke tempat ini adalah sore hari agar tiba sampai disana tidak terlalu panas dan sambil menunggu matahari terbenam(walau kami berada disana tidak sampai matahari terbenam mengingat kami membawa seorang baby).

Ini beberapa hasil jepretan ketika kami ada di sana :

Mengagumi karyaNya

Aku, mas bojo dan keponakan baby Biel
Tempat ini bisa menjadi alternatif untuk menghabiskan waktu santai bersama keluarga, pasangan dan sahabat.
Bersantai bersama keluarga



Salah satu view pemandangan dari kedai 
Di kedai ini saya mendapati sebuah ruang perpusatakaan sederhana yang menyediakan beberapa buku bacaan yang bisa dibaca disana. 

Perpustakaan
Selain itu juga ada beberapa tanaman yang di tanam di dalam polibag yang digunakan sebagai media belajar bercocok tanam.

Tanaman dalam polibex
Berbincang dengan salah satu pemilik kedai bahwa lokasi ini belum lama ada, kira-kira 1 tahun yang lalu (sejak 2016) dan buka 24 jam.
Biaya parkir mobil Rp. 10.000,-
Untuk setiap pembelian makanan di lokasi ini totalnya di tambah dengan PPN 10% dari total pembelian. 
Untuk seporsi pisang goreng/bakwan/tempe goreng dihargai Rp. 15.000,-
Sedangkan untuk minumnya segelas es jeruk/jeruk panas dihargai Rp. 5.000,-

Kami mengakhiri petualangan hari ini pukul 17.15 wib untuk kembali ke kota Yogya. Pesan saya selalu cintai dan jaga lingkungan sekitar kita, agar bumi ini selalu indah dan semakin nyaman untuk dihuni. *** 







Minggu, 11 September 2016

Ngebolang ke Pantai Cemara Sewu

Sejenak menarik diri dari riuhnya keramaian kota
'Tuk lepaskan penat dan dahaga
Nikmati hembusan angin dan sejuknya suasana
Habiskan waktu bersama orang tercinta

Es Kelapa Muda 
Turut mendinginkan panasnya Sang Surya 
Satukan hati dan rasa
Dalam balutan kasih dan cinta

(Eve-Minggu, 11 Sept 2016)



Long weekend karena hari libur Idul Adha kali ini, Minggu, 11 September 2016 saya bersama keluarga melakukan perjalanan (masih) ke selatan kota Jogja. Tepatnya di sebuah pantai yang masih bisa dibilang baru dan sepi pengunjung. Namun pantai ini sudah eksis di kalangan Netizen. Kesejukan dan keindahan pohon-pohon cemara yang ada disekitar pantai ini menjadi magnet tersendiri bagi para pengunjung dan terutama pencinta pantai.
Pantai Cemara Sewu, sebuah pantai yang disekitarnya banyak tumbuh pohon cemara berada di kabupaten Bantul, DIY. Untuk menuju ke lokasi ini sangatlah mudah. Rutenya lewat jalan Parangtritis ke arah Pantai Parangtritis. Karena waktu itu kami menghindari macet maka kami mengambil jalan arah pantai Depok. Sebelum memasuki kawasan pantai kami dihentikan oleh petugas restribusi dan kami cukup membayar Rp. 6.000,- per orang.
Jika memilih rute lewat Pantai Depok maka belok ke kanan untuk ke Pantai Depok sedangkan jika ke Pantai Cemara Sewu belok ke kiri. Pantai Cemara Sewu ini masih satu kawasan dengan Pantai Parangkusumo dan Gumuk Pasir Parangkusumo.

Di sepanjang jalan menuju pantai cemara sewu-pantai parangkusumo-gumuk pasir
Sangat mudah untuk menemukan lokasi pantai ini karena berada di sebelah barat Gumuk Pasir. Saat saya menuju ke sana, saya menemukan sebuah plang bertuliskan "Pantai Cemara Sewu" dan gapura kecil yang menyambut kedatangan pengunjung. Kendaraan roda 4 dan roda 2 bisa masuk dan parkir di area dalam. Setelah memarkirkan kendaraan, sebelum sampai di pantai para pengunjung akan disambut oleh sebuah lorong yang berupa pohon-pohon cemara yang membuat suasana menjadi lebih sejuk dan adem.

Lorong menuju pantai
Tiket masuk ke lokasi  pantai ini gratis atau tidak dipungut biaya. Pengunjung hanya di tarik biaya restribusi tadi. Kita hanya cukup membayar ongkos parkir roda 4 Rp. 5.000,- dan parkir roda 2 Rp. 3.000,-. 
Karena masih terbilang baru, disekitar pantai ini masih sedikit penjual dan warung makanan. Saya mendapati penjual Es Kelapa Muda..hmm... segerrr...seteguk kelapa muda membuat suasana semakin asik...dengan ditemani hembusan angin pantai ... dan terutama ditemani oleh orang tercinta .. hehehe...



Suasana pantai juga bisa dinikmati dengan membaringkan diri di hammock yang sudah tersedia disana. Tempat ini memang cocok banget buat refreshing dan melepas penat.

Tiduran di atas hammock
Karena keindahan Pohon Cemara dan Pantainya ini banyak para pasangan calon pengantin melakukan foto prewedding di sana. Saya juga mendapati 2 pasang calon pengantin yang sedang melakukan foto prewedding. 
Saat itu saya tidak terlalu mendekat ke pinggir pantai, karena cuaca sangat panas. Saya hanya berfoto dari kejauhan saja.
Di seberang Pantai Cemara Sewu
Duduk di atas Pohon Cemara
Menghabiskan waktu di pantai Cemara Sewu ini sambil menunggu saat-saat matahari terbenam juga bisa dijadikan pilihan untuk menghabiskan waktu bersama orang terkasih.
Selain itu tempat ini juga nyaman jika pengunjung membawa bekal makan siang sendiri yang bisa dinikmati bersama disana.

Bergaya di lorong Pohon Cemara (aku-bunda-my lil sist)
Ini cerita ngebolang-ku hari ini, tunggu cerita ngebolang selanjutnya ya.... ***

Minggu, 04 September 2016

Wisata ke Candi Abang


Menghabiskan waktu di hari libur bersama orang terkasih memang saat yang dinantikan. Jogja memiliki banyak sekali tempat wisata yang indah untuk dikunjungi. Tak ada habisnya mengeksplor lokasi indah di kota ini. Hari Minggu ini, 4 September 2016 kami mengunjungi salah satu situs peninggalan agama Hindu, Candi Abang yang berada di dusun Sentonorejo, Desa Jogotirto, Berbah, Sleman DIY. Rute menuju Candi Abang lewat Jalan Jogja-Solo, tepatnya di Prambanan. Sampai di terminal Prambanan cari Jalan Raya Jogja-Piyungan Km. 8 di kanan jalan/barat akan didapati papan penunjuk Candi Abang. Ketika kami menuju kesana kami menggunakan kendaraan roda 2, walaupun bisa juga dengan menggunakan roda 4. Namun untuk menuju ke puncak lokasi Candi, pengunjung harus berjalan kaki kira-kira 100 meter, karena jalan agak rusak dan hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki(motor bisa sih hanya pengunjung diminta untuk memarkirkan motornya di bawah/tempat yang telah disediakan). 

Jalan menuju Candi Abang(1)
Hampir sampai di Candi Abang
Masuk lokasi wisata gratis, saya hanya cukup membayar ongkos parkir sepeda motor Rp. 2.000,-. Candi Abang ini terbuat dari batu bata yang berwarna merah(merah=abang dalam bahasa Jawa).  Ini merupakan keunikan dari Candi Abang. Bentuk Candi ini berupa bukit yang sekarang banyak ditumbuhi rerumputan(gundukan). 
Berikut foto saya saat berada di puncak Candi Abang, disana nampak batu bata berwarna merah. 

Dipuncak Candi Abang nampak batu bata yang berwarna merah(1)
Di puncak Candi Abang nampak batu bata yang berwarna merah(2)
Ini fotoku saat berada di depan gundukan Candi Abang yang banyak ditumbuhi rerumputan. 
Di depan Candi Abang(1)

Di depan Candi Abang (2)
Di atas candi abang
Saat musim kemarau rumput tidak tumbuh sehingga membuat candi berwarna merah, namun saat musim penghujan rumput banyak tumbuh sehingga membuat candi berwarna hijau.

Mitos Candi Abang bahwa masyarakat setempat mempercayai Candi Abang dijaga seorang tokoh bernama Kyai Jagal yang berbadan besar dan berambut panjang. Kyai Jagal dipercayai menjadi pelindung dari segala kerusakan. Pada zaman Jepang, penduduk sering berlindung di candi. Ada kisah juga bahwa di dalam tubuh Candi Abang ada sebongkah emas, itu semua hanya cerita dan tidak ada seorangpun yang berani membuktikannya. 

Setelah kami menikmati sejuknya suasana di sana dan berbincang dengan salah seorang yang tinggal di sekitar sana, kami mengakhiri petualangan kami hari ini. ***